• Posted by : aghisna amalia Selasa, 07 Mei 2019

    PROSA LAMA DAN PROSA BARUindex

    Materi Pokok           : Perbandingan Prosa Lama dan Prosa Baru
    Kompetensi Dasar :
    1.3 Mengetahui dan memahami definisi dan karakteristik sastra, jenis-jenis dan struktur sastra, serta memahami sastra sebagai karya seni dan bidang ilmu yang dekat dengan kita.
    2.5 Mengembangkan sikap apresiatif dalam menghayati karya sastra.
    3.5 Membandingkan karakteristik prosa lama dan baru serta mengapresiasinya.
    Indikator   :
    • Mengidentifikasi karakteristik prosa lama
    • Mengidentifikasi karakteristik prosa baru.
    • Menyebutkan struktur Prosa
    • Mendeskripsikan karakteristik prosa lama
    • Mendeskripsikan karakteristik prosa baru
    • Membandingkan karakteristik prosa lama dan prosa baru
    • Mengetahui dan memahami definisi dan karakteristik sastra, jenis-jenis dan struktur sastra, serta memahami sastra sebagai karya seni dan bidang ilmu yang dekat dengan kita.
    • Mengembangkan sikap apresiatif dalam menghayati karya sastra.
    4.5 Menginterpretasi isi prosa lama dan baru.
    Indikator   :
    4.5.1   Menginterpretasi isi prosa lama dan baru

    Materi :

    A. Definisi dan karakteristik sastra, jenis-jenis dan struktur sastra:

    1. Definisi Sastra:

    Secara etimologis sastra berasal dari Sansekerta, dibentuk dari akar kata sas- yang berarti mengerahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran –tra yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk. Secara harfiah kata sastra berarti huruf, tulisan atau karangan. Kata sastra ini kemudian diberi imbuhan su- (dari bahasa Jawa) yang berarti baik atau indah, yakni baik isinya dan indah bahasanya.
    Menurut Semi (1988:8) mengungkapkan bahwa sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
    Sastra adalah suatu karya yang indah baik itu tulisan dan lisan. Istilah sastra terus mengalami perkembangan. Kesusastraan tidak hanya berupa dengan tulisan, tetapi kesusastraan ada yang berbentuk lisan. Karya semacam itu dinamakan dengan sastra lisan. Oleh karena itu, sekarang yang dinamakan dengan kesusastraan meliputi karya sastra lisan dan tertulis dengan ciri khasnya terdapat pada keindahan bahasanya.
    2. Karakteristik Sastra:
    • Sastra memberikan hiburan, dalam lubuk hati manusia terpatri kecintaan dan keindahan. Manusia adalah makhluk yang suka keindahan. Karya sastra adalah apresiasi keindahan itu. Karena itu, karya sastra yang baik selalu menyenangkan pebaca.
    • Sastra menunjukkan kebenaran hidup. Dalam karya sastra terungkap berbagai pengalaman hidup manusia, yang baik, yang jahat, yang benar, maupun yang salah. Karena itu manusia lain dapat memetik pelajaran yang baik dari karya sastra.
    • Sastra melampaui batas bangsa dan zaman. Nilai-nilai kebenaran, ide, atau gagasan dalam karya sastra yang baik bersifat universal, sehingga dapat dinikmati oleh bnagsa manapun.
    3. Jenis-Jenis Sastra :
    • Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu :
    • Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
    • Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan padat serta indah.
    • Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
    • Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.
    • Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu :
    • Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
    • Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif.
    • Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.
    • Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan.
    • Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu :
    –    Kesusastraan Lama,
    –    Kesusastraan Peralihan,
    –    Kesusastraan Baru.
    4. Struktur Sastra :
    Dikemukakan Fananie (2001), bahwa struktur karya sastra mencakup: struktur intrinsik, struktur ekstrinsik, struktur lapis bunyi, dan struktur lapis makna. Yang dimaksud dengan berbagai struktur itu adalah sebagai berikut ini :
    • Struktur Intrinsik : Intrinsik berarti unsur dalam. Dalam karya sastra berarti unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu (Eddy,1991:69). Esten, Mursal ( 1978:20) mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan struktur, seperti alur (plot), latar, pusat pengisahan dan penokohan, kemudian juga hal-hal yang berhubungan dengan pengungkapan tema dan amanat. Juga termasuk di dalamnya hal-hal yang berhubungan dengan imajinasi dan emosi. Sedangkan unsur intrinsik sebuah puisi ialah: diksi, rima, ritme, dan tipografi (Eddy,1991:100).
    • Struktur Ekstrinsik : Dikatakan Fananie (2001:77) Faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Ia merupakan milik subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi sosial, motivasi, tendensi yang mendorong dan memengaruhi kepengarangan seseorang. Faktor-faktor ekstrinsik itu dapat meliputi: 1) tradisi dan nilai-nilai, 2) struktur kehidupan sosial, 3) keyakinan dan pandangan hidup, 4) suasana politik, 5) lingkungan hidup, 6) agama, dan sebagainya. Nyoman Thusthi Eddy ( 1991: 69) menyatakan faktor-faktor seperti: 1) sejarah, 2) sosiologi, 3) psikologi, 4) politik, ekonomi, dan ideologi.
    Sejalan dengan dua pendapat di atas, Wellek & Warren ( dalam Waluyo, 1994:64) menyatakan: 1) biografi pengarang, 2) psikologi (proses kreatif), 3) sosiologis (kemasyarakatan) sosial budaya masyarakat, dan 4) filosofis (aliran filsafat pengarang) termasuk pada struktur ekstrinsik karya sastra. Termasuk ke dalam faktor sosiologis, i) aspek-aspek seperti profesi/ institusi, problem hubungan sosial, adat-istiadat, dan antarhubungan masyarakat, ii) hubungan historis, iii) hubungan sastra dengan faktor sosial, yakni menganggap sastra sebagai dokumen sosial.
    • Struktur Lapis Makna : Sebuah karya sastra yang baik dan lengkap setidaknya memiliki lima tingkatan lapis makna atau neveau. Nilai-nilai tersebut dimulai dari tataran yang paling rendah sampai pada tataran yang paling tinggi. Secara urut neveau tersebut adalah:
    1. Neveau anorganik
    2. Neveau vegetatif
    3. Neveau animal
    4. Neveau humani
    5. Neveau metafisika/transkendental
    • Struktur Lapis Bunyi : Struktur ini lebih ditemukan pada karya puisi atau prosa liris yang kaya asonansi aliterasi, dan persajakan. Pentingnya struktur bunyi karena pada nuansa bunyi-bunyi tertentu akan dapat dihubungkan dengan suasana tertentu. Hal tersebut, misalnya, dapat dirasakan pada puisi-puisi mantra, yaitu puisi yang menempatkan struktur bunyi sebagai kekuatan makna, sehingga bunyi merupakan hal yang dominan.

    B. Sikap Apresiatif dalam Menghayati Karya Sastra

    Apresiasi sastra adalah memberikan penilaian terhadap karya sastra. Jika anda mengapresiasikan sebuah karya sastra, maka anda melakukan kegiatan pengamatan, penilaian, dan memberikan penghargaan terhadap karya sastra tersebut.
    Karya sastra tidak hanya memberikan hiburan dan pengalaman semata, namun juga berbagai pengetahuan seperti sosiologi, psikologi, pendidikan, filsafat, agama, ekonomi, politik, moral dan masih banyak lagi. Semua pengetahuan itu dapat ditemukan dalam sebuah karya sastra jika pembaca mampu mengapresiasi karya itu secara tepat.
    Tidak semua orang mampu melakukan apresiasi sastra dengan baik. Hal itu terjadi karena masing-masing orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap karya sastra. Demikian pula ketika mengapresiasi teenlit, masing-masing siswa mempunyai asumsi sendiri.
    Ada beberapa bekal awal yang harus dimiliki oleh seorang calon apresiator, dalam hal ini siswa, yaitu:
    (a) kepekaan emosi atau perasaan sehingga mampi memahami dan menikmati unsur-unsur keindahan yang terdapat dalam ciptasastra,
    (b) pemilikan pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan kemanusiaan,
    (c) pemahaman terhadap aspek kebahasaan,
    (d) pemahaman terhadap unsur-unsur intrinsik cipta sastra.
    Dalam mengapresiasi karya sastra pada umumnya, hendaknya mempunyai sikap-sikap sebagai berikut:
    (1) bersikap terbuka, tanpa prasangka; dan
    (2) memandang karya sastra sebagai subjek. Dengan demikian, kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung pada gilirannya akan ikut berperan dalam mengembangkan kemampuan siswa jika bahan bacaan yang ditelaahnya itu memiliki relevansi dengan kegiatan apresiasi.
    Apresiasi sastra sebenarnya bukan merupakan konsep abstrak yang tidak pernah terwujud dalam tingkah laku, melainkan merupakan pengertian yang di dalamnya menyiratkan adanya suatu kegiatan yang harus terwujud secara konkret. Perilaku tersebut dalam hal ini dapat dibedakan antara perilaku kegiatan secara langsung dan kegiatan perilaku secara tidak langsung.
    Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan membaca atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara langsung. Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung dapat terwujud dalam perilaku membaca, memahami, menikmati, serta mengevaluasi teks sastra, baik yang berupa cerpen, novel, roman, naskah drama, maupun teks sastra berupa puisi.
    Kegiatan langsung yang terwujud dalam kegiatan mengapresiasi sastra pada performansi, misalnya saat Anda melihat, mengenal, memahami, menikmati, ataupun memberikan penilaian pada kegiatan membaca puisi, cerpen, pementasan drama, baik di radio, televisi, maupun pementasan di panggung terbuka.
    Kedua bentuk kegiatan itu dalam hal ini perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berulang kali, sehingga dapat melatih dan mengembangkan kepekaan pikiran dan perasaan dalam rangka mengapresiasi suatu cipta sastra, baik yang dipaparkan lewat media tulisan, lisan, maupun visual.
    Kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung dapat ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berhubungan dengan kesastraan, baik di majalah maupun koran, mempelajari buku-buku maupun esai yang membahas dan memberikan penilaian terhadap suatu karya sastra serta mempelajari sejarah sastra.
    Kegiatan itu disebut sebagai kegiatan apresiasi secara tidak langsung karena kegiatan tersebut nilai akhirnya bukan hanya mengembangkan pengetahuan seseorang tentang sastra, melainkan juga akan meningkatkan kemampuan dalam rangka mengapresiasi suatu cipta sastra.
    Dengan demikian, kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung itu pada gilirannya akan ikut berperan dalam mengembangkan kemampuan apresiasi sastra jika bahan bacaan tentang sastra yang telah ditelaahnya itu memiliki relevansi dengan kegiatan apresiasi sastra.
    Misalnya membaca masalah minat baca sastra murid, kemampuan apresiasi sastra masyarakat Indonesia atau mungkin artikel tentang pengajaran sastra di sekolah. Meskipun pembahasan itu sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan, pembahasan itu sedikit sekali peranannya atau bahkan tidak berperan dalam mengembangkan kemampuan apresiasi.
    Dalam hal demikian, pembaca tidak melaksanakan kegiatan apresiasi secara langsung maupun tidak langsung.

     C. Prosa Lama

    1. Karakteristik Prosa Lama:
    • Statis
    Kalau kita baca Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, Hikayat Bangsawan, dan prosa lama yang lain, bentuknya selalu sama, pola-pola kalimatnya sama, malahan banyak kalimat dan ungkapan sama betul, tema ceritanya pun sama.
    • Diferensiasi sedikit
    Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena perhubungan beberapa unsur kuat sekali.
    • Tradisional
    Prosa lama memiliki pola-pola bentuk yang dijadikan transisi. Kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang sama terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita juga sering diulang-ulang.
    • Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat
    Kebanyakan hasil sastra dalam kesusastraan lama tidak diketahui siapa pengarangnya. Kalau dicantumkan suatu nama, itu hanya nama penyadur dan bukan nama pengarang yang sebenarnya. Sebab cerita lama itu hidup di tengah-tengah masyarakat yang diceritakan secara turun-temurun.
    • Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
    Sejarah menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja dan kaum bangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa memperhatikan perurutan waktu dan kejadian-kejadiannya (tidak kronologis). Nama-nama tempat terjadinya perisitiwa juga tidak jelas.
    • Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional
    – Banyak memakai kata penghubung yang menyatakan urutan peristiwa, misalnya: harta, syahdan, maka, arkian, sebermula, dan lalu.
    – Banyak memakai bentuk yang tetap sehingga terdapat banyak pengulangan kata, misalnya: Kata sahibul hikayat, ada sebuah negeri di tanah Andalas Palembang namanya, Demang Lebar Daun nama rajanya, asalnya daripada anak cucu Raja Sulan, Muara Tatang nama sungainya. (dari Sejarah Melayu).
    – Banyak memakai bentuk partikel pun dan lah.
    – Banyak memakai kalimat inversi, misalnya: Syahdan maka bertemulah rakyat Siam dengan rakyat Keling, lalu berperang. Lalu diceritakanlah segala kelakuan tuan putri dengan nahkoda itu.
    • Pokok CeritaSelalu raja-raja dengan istananya, pemerintahannya, orang bawahannya, dan lain-lain. Tidak pernah menceritakan orang kebanyakan, kalaupun ada, yang diceritakan adalah orang kebanyakan yang luar biasa. Misalnya, orang yang sangat dungu atau yang sangat cerdik dan orang yang selalu malang.
    2. Bentuk-bentuk Sastra Prosa Lama :
    • Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, Si Pitung, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.
    • Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
    • Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
    • Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut:
    • Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Beberapa contoh fabel, adalah: Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung Bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dll.
    • Mite (Mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempuyai kekuatan gaib. Contoh-contoh sastra lama yang termasuk jenis mitos, adalah: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dll.
    • Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dll.
    • Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Beberapa contoh sage, adalah: Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dll.
    • Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Mahabarata, Bhagawagita, dll.
    • Dongeng Jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas, atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dll.
    • Cerita Berbingkai, adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam

    D. Prosa Baru

    1. Karakteristik Prosa Baru:
    • Rakyat sentris (keadaan masyarakat)
    • Dinamis(bisa diubah)
    • Dipengaruhi sastra Inggris dan Belanda
    • Adanya pengarang
    2. Bentuk-Bentuk Prosa Baru :
    • Roman, adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
    • Roman bertendens, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
    • Roman sosial, memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
    • Roman sejarah, yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
    • Roman psikologis, yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
    • Roman detektif, yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
    • Novel, berasal dari Italia yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
    • Cerpen, adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
    • Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
    • Kritik, adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
    • Resensi, adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
    • Esai, adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.

    DAFTAR PUSTAKA
    Eddy, Nyoman Tusthi. 1991. Kamus Istilah Sastra. Ende Flores: Nusa Indah.
    Esten, Mursal. 1978. Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: PT. Angkasa
    Fananie,   Zainuddin.   2001. Telaah   Sastra.   Surakarta: Muhammadiyah University Press.
    Semi, Atar. 1988. Kritik Sastra. Bandung : Angkasa.
    Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

    EVALUASI

    A. PILIHAN GANDA
    Pilihlah jawaban yang tepat dengan memilih salah satu huruf (a/b/c/d/e)
    1. Suatu karya yang indah baik itu tulisan dan lisan merupakan pengertian dari…
    a. Sastra
    b. Dongeng
    c. Parabel
    d. Resensi
    e. Wawancara
    2. Fabel adalah…
    a. Suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia.
    b. Cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang).
    c. Memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat.
    d. Cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang.
    e. Salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah.
    3. Yang tidak termasuk dari karakteristik prosa lama adalah…
    a. Statis
    b. Tradisional
    c. Rakyat sentris (keadaan masyarakat)
    d. Diferensiasi sedikit
    e. Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun
    4. Yang tidak termasuk contoh dari mite adalah…
    a. Nyai Roro Kidul
    b. Ki Ageng Selo
    c. Dongeng tentang Gerhana
    d. Ciung Wanara
    e. Dongeng tentang Terjadinya Padi
    5. Apresiasi sastra yang ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berhubungan dengan kesastraan, baik di majalah maupun koran, mempelajari buku-buku maupun esai yang membahas dan memberikan penilaian terhadap suatu karya sastra serta mempelajari sejarah sastra termasuk apresiasi sastra secara…
    a. Mandiri
    b. Kelompok
    c. Tidak Langsung
    d. Melalui Perantara
    e. Langsung

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Media Pembelajaran - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -