• Posted by : aghisna amalia Selasa, 07 Mei 2019

    Memahami sejarah pembentukan bumi

    Bumi merupakan salah satu planet dari sistem tata surya yang terdapat
    dalam suatu galaksi bernama Galaksi Bima Sakti(The Milky Ways atau
    Kabut Putih). Selain planet-planet yang terdapat dalam tata surya, juga terdapat
    benda-benda angkasa lain, dan sekitar 200 milyar bintang yang ada di dalam
    Galaksi Bima Sakti. Lebih jauh lagi berdasarkan penelitian, Bima Sakti bukanlah
    satu-satunya galaksi, tetapi terdapat ratusan, jutaan, bahkan milyaran galaksi
    pengisi jagat raya ini. Sungguh Maha Besar dan Maha Tinggi Tuhan yang
    telah menciptakan bumi dan jagat raya dengan segala isinya.
    Pada bab ini akan dibahas tentang sejarah pembentukan bumi dan tata
    surya dalam jagat raya. Dengan mempelajarinya, diharapkan kamu dapat
    menjelaskan proses pembentukan bumi dan mendeskripsikan tata surya dalam
    jagat raya.
     A. PROSES TERJADINYA BUMI
    Kita semua bertempat tinggal di permukaan bumi yang kita rasakan sangat
    luas. Bayangkan saja, jari-jari yang dimiliki bumi mencapai 6.370 km. Panjang
    keliling Khatulistiwa yang melewati negara kita sekitar 40.000 km. Jadi kalau
    dibandingkan sama dengan 40 kali panjang Pulau Jawa.
    Akan tetapi, pernahkah kamu merenungkan tentang bagaimana bumi tempat
    kita berpijak ini terbentuk? Apakah bumi suatu benda yang bulat dan kaku?
    Bagaimana sejarah pembentukan dan perkembangan muka bumi? Seperti
    apakah karakteristik lapisan bumi? Semua pertanyaan tersebut tentunya akan
    kita bahas dalam subab ini, sehingga kamu mengetahui dan lebih memahaminya.
    Proses terbentuknya planet bumi tidak dapat dipisahkan dengan sejarah
    terbentuknya tata surya. Hal ini dikarenakan bumi merupakan salah satu anggota
    keluarga matahari, di samping planet-planet lain, komet, asteroid, dan meteor.
    Bahkan para ilmuwan memperkirakan bahwa matahari terbentuk terlebih dahulu,
    sedangkan planet-planet masih dalam wujud awan debu dan gas kosmis yang
    disebut nebula berputar mengelilingi matahari. Awan, debu, dan gas kosmis
    tersebut terus berputar dan akhirnya saling bersatu karena pengaruh gravitasi,
    kemudian mengelompok membentuk bulatan-bulatan bola besar yang disebut
    planet, termasuk planet bumi.
    Dari proses tersebut, kita memperoleh gambaran bahwa sistem tata surya
    berasal dari massa gas (kabut gas atau nebula) yang bercahaya dan berputar
    perlahan-lahan. Massa gas tersebut secara berangsur-angsur mendingin, mengecil,
    dan mendekati bentuk bola. Karena massa gas itu berotasi dengan kecepatan
    yang makin lama semakin tinggi, pada bagian khatulistiwa (ekuatornya) yang
    mendapat gaya sentrifugal paling besar, sehingga massa tersebut menggelembung.
    Akhirnya dari bagian yang menggelembung tersebut ada bagian yang terlepas
    (terlempar) dan membentuk bola-bola pijar dengan ukuran berbeda satu sama
    lain.
    Massa gas induk tersebut akhirnya menjadimatahari, sedangkan bolabola
    kecil yang terlepas dari massa induknya mendingin menjadi planet, termasuk
    bumi kita. Pada saat terlepas dari massa induknya, planet-planet anggota
    tata surya masih merupakan bola pijar dengan suhu sangat tinggi. Karena
    planet berotasi, maka ada bagian tubuhnya yang terlepas dan berotasi sambil
    beredar mengelilingi planet tersebut. Benda tersebut selanjutnya dinamakan
    bulan (satelit alam). Menurut hasil penelitian para ahli astronomi dan geologi, bumi kita sendiri
    terbentuk atau terlepas dari tubuh matahari sekitar 4500 juta tahun yang
    lalu. Perkiraan terbentuknya bumi ini didasarkan atas penelaahan palentologi
    (ilmu yang mempelajari fosil-fosil sisa mahluk hidup purba pada masa lampau)
    dan stratigrafi (ilmu yang mempelajari struktur lapisan-lapisan batuan pembentuk
    muka bumi).
    Pada saat terlahir (sekitar 4500 juta tahun yang lalu) bumi kita pada
    awalnya masih merupakan bola pijar yang sangat panas, suhu permukaannya
    mencapai 4.0000 C. Dalam jangka waktu jutaan tahun, secara berangsurangsur
    bumi kita mendingin. Akibat proses pendinginan, bagian luar bumi
    membeku membentuk lapisan kerak bumi atau kulit bumi yang disebut litosfer,
    sedangkan bagian dalam planet bumi sampai sekarang masih dalam keadaan
    panas dan berpijar.
    Selain pembekuan kerak bumi, pendinginan massa bumi ini mengakibatkan
    terjadinya proses penguapan gas secara besar-besaran ke angkasa. Proses
    penguapan ini terjadi dalam waktu jutaan tahun, sehingga terjadi akumulasi
    uap dan gas yang sangat banyak. Pada saat inilah mulai terbentuk atmosfer
    bumi.
    Uap air yang terkumpul di atmosfer dalam waktu jutaan tahun tersebut,
    pada akhirnya dijatuhkan kembali sebagai hujan untuk pertama kalinya di
    bumi, dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Titik-titik
    air hujan yang jatuh selanjutnya mengisi cekungan-cekungan muka bumi
    membentuk bentang perairan laut dan samudera.
    Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa pada awal pembentukannya,
    seluruh bagian planet bumi relatif dingin. Kemudian pada proses selanjutnya,
    suhu bumi semakin meningkat hingga mencapai suhu seperti saat ini. Berdasarkan
    penelitian para ilmuwan, dijelaskan adanya tiga faktor yang menyebabkan
    naiknya suhu bumi tersebut, yaitu sebagai berikut:
    1. Akresi (accretion) yaitu naiknya suhu bumi akibat tumbukan bendabenda
    angkasa atau meteor yang menghujani bumi. Energi dari bendabenda
    tersebut berubah menjadi panas. Bayangkan saja, 5 ton berat
    benda angkasa, kemudian menghantam bumi dengan kecepatan 30 km
    per detik, diperkirakan memberikan energi yang sama dengan ledakan
    nuklir sebesar 1000 ton. Daerah sekitar tumbukan tersebut meninggalkan
    lubang-lubang yang sangat besar (kawah) di permukaan bumi. Pada saat
    bersamaan, bulan juga ditabrak oleh benda angkasa tersebut. Karena
    itu, apabila kamu melihat bulan dengan menggunakan teropong maka
    kamu bisa menyaksikan kawah yang terbentuk pada masa lampau.
    2. Kompresi yaitu semakin memadatnya bumi karena adanya gaya gravitasi.
    Bagian dalam bumi menerima tekanan yang lebih besar dibandingkan bagian luarnya, sehingga pada bagian dalam bumi suhunya lebih panas.
    Tingginya suhu di bagian dalam bumi (inti bumi) mengakibatkan unsur
    besi pada bumi menjadi cair, sehingga inti bumi merupakan cairan.
    3. Adanya disintegrasi atau penguraian unsur-unsur radioaktif seperti uranium,
    thorium, dan potasium. Jumlah unsur-unsur tersebut sebenarnya relatif
    kecil tetapi dapat meningkatkan suhu bumi. Atom-atom dari unsur-unsur
    tersebut secara spontan terurai dan mengeluarkan partikel-partikel atom
    yang berubah menjadi unsur lain dan diserap oleh batuan di sekitarnya. Itulah proses pembentukan bumi, tempat kita tinggal dan hidup di dalamnya.
    Lalu bagaimana dengan proses terjadinya perlapisan di bumi? Secara ringkas,
    proses pembentukan bumi hingga terjadinya perlapisan tersebut terbagi menjadi
    tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
    1. Tahap pada saat bumi merupakan planet yang homogen atau belum terjadi
    diferensiasi dan zonafikasi.
    2. Proses diferensiasi atau pemilahan, yaitu ketika material besi yang lebih
    berat tenggelam menuju pusat bumi, sedangkan material yang lebih ringan
    bergerak ke permukaan. Dengan demikian, bumi tidak lagi dalam keadaan
    homogen, melainkan terdiri atas material yang lebih berat (besi) di pusat
    bumi dan material yang lebih ringan di bagian yang lebih luar atau kerak
    bumi.
    3. Proses zonafikasi, yaitu tahap ketika bumi terbagi menjadi beberapa
    zona atau lapisan, yaitu inti besi yang padat, inti besi cair, mantel bagian
    bawah, zona transisi, astenosfer yang cair, dan litosfer yang terdiri atas
    kerak benua dan kerak samudera. Dengan demikian, perubahan suhu yang dimulai dari bahan pembentuk
    bumi hingga terbentuk bumi, kemudian mengalami pendinginan dan terjadinya
    kenaikan suhu kembali, seperti yang dijelaskan di atas, mengakibatkan bumi
    sebagai planet yang memiliki lapisan-lapisan. Proses zonafikasi pada bumi
    telah membaginya ke dalam beberapa lapisan.
    B. PANGEA DAN GONDWANA
    Lapisan bumi yang tersusun dari berbagai proses secara sedemikian rupa,
    nampaklah bagian-bagian yang di antaranya bagian terluar yang keras dan
    bagian bawah yang relatif cair. Kita merasakan seolah-oleh permukaan bumi
    sesuatu yang kaku dan diam (tidak bergerak). Ternyata sejak zaman dulu,
    permukaan bumi yang diam ini telah mengalami perjalanan atau pergeseran
    yang jauh dari bentuknya semula. Di antara para ilmuwan yang memberikan
    gagasan tentang adanya pergeseran di bumi yaitu Antonio Snidar – Pellegrini
    yang mengamati benua-benua Afrika dan Amerika Selatan merupakan benua
    yang pernah bersatu.
    Seorang ahli ilmu cuaca dari Jerman yang bernama Alfred Wegener (1912),
    dalam teorinya yang terkenal yaitu teori pengapungan benua (Continental
    drift theory) mengemukakan bahwa sampai sekitar 225 juta tahun lalu, di
    bumi baru ada satu benua dan samudra yang maha luas. Benua raksasa ini
    dinamakan pangea, sedangkan kawasan samudera yang mengapitnya dinamakan
    panthalassa.
    Sedikit demi sedikit pangea mengalami retakan-retakan dan pecah. Sekitar
    135 juta tahun yang lalu, benua raksasa tersebut pecah menjadi dua, yaitu
    pecahan benua di sebelah utara dinamakanLaurasia dan di bagian selatan
    dinamakan gondwana. Kedua benua itu dipisahkan oleh jalur laut sempit
    yang dinamakan Laut Tethys. Sisa Laut Tethys pada saat ini merupakan
    jalur cebakan minyak bumi di sekitar laut-laut di kawasan Timur Tengah. Baik Laurasia maupun Gondwana kemudian terpecah-pecah lagi menjadi
    daratan yang lebih kecil dan bergerak secara tidak beraturan dengan kecepatan
    gerak berkisar antara 1 – 10 cm pertahun (coba kalian lihat teori tektonik
    lempeng). Dalam sejarah perkembangan planet bumi, sekitar 65 juta tahun
    lalu, Laurasia merupakan cikal bakal benua-benua yang saat ini letaknya
    di sebelah utara ekuator (belahan bumi utara), meliputi Eurasia, Amerika
    Utara, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Adapun Gondwana merupakan
    cikal bakal benua-benua di belahan bumi selatan, meliputi Amerika Selatan,
    Afrika, Sub benua India, Australia, dan Antartika, hingga terbentuklah benuabenua
    yang kita saksikan saat ini. Kerak bumi atau lapisan bumi bagian atas pada dasarnya terdiri atas
    kerak samudera dan kerak benua. Kedua kerak ini bukanlah sesuatu yang
    kaku dan diam, tetapi terus bergerak aktif mengalami pergeseran hingga saat
    ini. Lalu bagaimanakah pergeseran benua terjadi? Selanjutnya akan dibahas
    pada bagian lempeng tektonik.
    C. KARAKTERISTIK PERLAPISAN BUMI
    Setelah planet bumi ini terbentuk dari massa gas, lambat laun mengalami
    proses pendinginan. Akibatnya bagian terluarnya menjadi keras, sedangkan,
    bagian dalamnya masih tetap merupakan massa zat yang panas dalam keadaan
    lunak. Sepanjang proses pendinginan berlangsung dalam jangka waktu jutaan
    tahun, zat-zat pembentuk bumi yang terdiri atas berbagai jenis sifat kimia
    dan fisikanya sempat memisahkan diri sesuai dengan perbedaan sifat-sifat
    tersebut. Hasil-hasil penelitian terhadap fisik bumi menunjukkan bahwa batuanbatuan
    pembentuk bumi mulai dari kerak bumi sampai inti bumi mempunyai
    komposisi mineral dan unsur kimia yang berbeda-beda.
    Pada dasarnya planet bumi mempunyai struktur utama (dari permukaan
    sampai ke dalam), yaitu sebagai berikut.
    1. Litosfer (lapisan batuan pembentuk kulit bumi atau crust)
    Litosfer berasal dari kata lithos berarti batu dansfhere/sphaira berarti
    bulatan atau lapisan. Dengan demikian Litosferdapat diartikan lapisan
    batuan pembentuk kulit bumi. Dalam pengertian lain, litosfer adalah lapisan
    bumi paling atas dengan ketebalan lebih kurang 70 km yang tersusun dari
    batuan penyusun kulit bumi. Lebih lanjut mengenai litosfer akan dibahas
    dalam bab 4.
    2. Astenosfer (lapisan selubung atau mantle)
    Astenosfer, yaitu lapisan yang terletak di bawah litosfer dengan ketebalan
    sekitar 2.900 km berupa material cair kental dan berpijar dengan suhu sekitar
    3.000 0C, merupakan campuran dari berbagai bahan yang bersifat cair, padat
    dan gas bersuhu tinggi.
    3. Barisfer (lapisan inti bumi atau core)
    Barisferyaitu lapisan inti bumi yang merupakan bagian bumi paling dalam
    yang tersusun atas lapisan Nife (Niccolum atau nikel dan ferrrum atau besi).
    Lapisan ini dapat pula dibedakan atas dua bagian yaitu inti luar dan inti
    dalam.
    a. Inti luar (Outer core)
    Inti luar adalah inti bumi yang ada di bagian luar. Tebal lapisan ini sekitar
    2.200 km, tersusun atas materi besi dan nikel yang bersifat cair, kental, dan
    panas berpijar bersuhu sekitar 3.900 0C.
    b. Inti dalam (Inner core)
    Inti dalam adalah inti bumi yang ada di lapisan dalam dengan ketebalan
    sekitar 2.500 km, tersusun atas materi besi dan nikel pada suhu yang sangat
    tinggi yakni sekitar 4.8000 C, akan tetapi tetap dalam keadaan padat dengan
    densitas sekitar 10 gram/cm3. Hal itu disebabkan adanya tekanan yang sangat
    tinggi dari bagian-bagian bumi lainnya. Lapisan atas kerak bumi, di daerah daratan, biasanya dilapisi tanah.
    Tanah, yang terdiri atas partikel batuan yang ditimpa cuaca, juga mengandung
    banyak zat organik yang berasal dari pembusukan makhluk hidup zaman
    purba. Tanah mendukung kehidupan tanaman di bumi dan juga binatang karena
    makanan hewan, baik langsung maupun tidak berasal dari tanaman.
    Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik lapisan
    bumi paling dalam (inti) memiliki sifat pejal atau keras yang diselubungi lapisan
    cair relatif kental, sedangkan bagian luar atau atasnya berupa litosfer yang
    pejal dan keras pula.
    D. TEORI TERBENTUKNYA KULIT BUMI
    Kulit bumi dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hal ini
    telah menjadi bahan pemikiran para ahli untuk mengungkap proses perubahan
    dan perkembangan kulit bumi pada masa lalu, sekarang dan prediksi pada
    masa yang akan datang. Adapun berbagai teori terbentuknya kulit bumi yang
    dikemukakan para ahli antara lain sebagai berikut.
    1. Teori kontraksi (Contraction theory)
    Teori ini dikemukakan pertama kali olehDescrates (1596-1650). Ia
    menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut yang disebabkan oleh terjadinya proses pendinginan, sehingga di bagian permukaannya
    terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran.
    Teori kontraksi didukung pula oleh James Dana(1847) dan Elie de
    Baumant (1852). Mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan
    karena terjadi proses pendinginan di bagian dalam bumi yang mengakibatkan
    bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah.
    2. Teori dua benua (Laurasia-Gondwana theory)
    Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua
    yang sangat besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana
    di sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak perlahan
    ke arah equator bumi, sehingga akhirnya terpecah-pecah menjadi benua benua
    yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa dan Amerika Utara,
    sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika, Australia dan Amerika Selatan.
    Teori Laurasia-Gondwana kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess
    pada 1884.
     3. Teori pengapungan benua (Continental drift theory)
    Teori pengapungan benua dikemukakan olehAlfred Wegener pada 1912.
    Ia menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar yang disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecahpecah
    dan terus bergerak melalui dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal,
    mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju equator.
    Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika bagian
    barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan
    dan fosil pada kedua daerah tersebut.
    4. Teori konveksi (Convection theory)
    Menurut teori konveksi yang dikemukakan olehArthur Holmes dan
    Harry H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz, menyatakan
    bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi
    arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya, sehingga
    ketika arus konveksi yang membawa materi berupa lava sampai ke permukaan
    bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah samudera), lava tersebut akan
    membeku membentuk lapisan kulit bumi yang baru menggeser dan menggantikan
    kulit bumi yang lebih tua.
    Bukti kebenaran teori konveksi adalah terdapatnya tanggul dasar samudera
    (Mid Oceanic Ridge), seperti Mid Atlantic Ridgedan Pasific-Atlantic Ridge.
    Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang membuktikan
    bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudera, umur batuan semakin
    tua. Artinya terdapat gerakan yang berasal dariMid Oceanic Ridge ke arah
    berlawanan yang disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan di bawah
    kulit bumi.
    5. Teori lempeng tektonik (Plate Tectonic theory)
    Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa planet bumi terdiri atas sejumlah
    lapisan. Lapisan bagian atas bumi merupakan bagian yang tegar dan kaku
    berada pada suatu lapisan yang plastik atau cair. Hal ini mengakibatkan lapisan
    permukaaan bumi bagian atas menjadi tidak stabil dan selalu bergerak sesuai
    dengan gerakan yang berada di bawahnya. Keadaan inilah yang melatarbelakangi
    lahirnya teori Lempeng Tektonik. Lahirnya teori lempeng tektonik (tectonic
    Plate theory) pada tahun 1968 merupakan kenyataan mutakhir dalam geologi
    yang menunjukkan terjadinya evolusi bentuk permukaan bumi.
    Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilso. Berdasarkan teori
    ini, kulit bumi atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada
    di atas lapisan astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit bumi
    selalu bergerak karena pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan
    astenosfer yang berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi.
    Litosfer sebagai lapisan paling luar dari badan bumi, bagaikan kulit ari
    pada kulit manusia dan merupakan lapisan kerak bumi yang tipis. Prinsip
    teori tektonik lempeng adalah kulit bumi terdiri atas lempeng-lempeng
    yang kaku dengan bentuk tidak beraturan. Dinamakan lempeng karena
    bagian litosfer mempunyai ukuran yang besar di kedua dimensi horizontal
    (panjang dan lebar), tetapi berukuran kecil pada arah vertikal (ketebalan).
    Bandingkan dengan daun meja, daun pintu, atau lantai di kelas kalian! Lempeng
    ini terdiri atas lempeng benua (tebal sekitar 40 km) dan lempeng samudera
    (tebal sekitar 10 km). Kedua lempeng tersebut berada di atas lapisan astenosfer
    dengan kecepatan rata-rata 10 cm/tahun atau 100 km/10 juta tahun.
    Astenosfer merupakan suatu lapisan yang cair (kental) dan sangat panas.
    Panasnya cairan astenosfer senantiasa memberikan kekuatan besar dari dalam
    bumi untuk menggerakkan lempeng-lempeng secara tidak beraturan. Kekuatan
    ini dinamakan tenaga endogen yang telah menghasilkan berbagai bentuk
    di permukaan bumi. Di bumi ini litosfer terpecah-pecah menjadi sekitar 12
    lempeng.
    Teori lempeng tektonik banyak didukung oleh fakta ilmiah, terutama dari
    data penelitian geologi, geologi kelautan, kemagnetan purba, kegempaan,
    pendugaan paleontologi, dan pemboran laut dalam. Lahirnya teori lempeng
    tektonik sebenarnya merupakan jalinan dari berbagai konsep dan teori lama
    seperti Teori Apungan Benua, Teori Arus Konveksi, Teori Pemekaran Lantai
    samudera, dan Teori Sesar Mendatar, sebagaimana telah dijelaskan pada
    teori-teori di atas. Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak dan mendesak satu sama
    lain. Lempeng tektonik bagian atas disebutlempeng samudera, sedangkan
    lempeng tektonik pada bagian atas terdapat masa kontinen disebut lempeng
    benua. Kedua lempeng ini memiliki sifat yang berbeda. Apabila dua lempeng
    yang berbeda sifat tersebut saling mendekat, umumnya lempeng samudera
    akan ditekuk ke bawah lempeng benua hingga jauh ke dalam lapisan astenosfer.
    Bertemunya antara dua lempeng seperti ini dinamakan gerakan bertumbukan
    (subduction), sedangkan daerah yang menjadi tempat tumbukan lempenglempeng
    disebut subduction zone.
    Selain saling mendekat kemudian bertumbukan, gerakan lempeng juga
    ada yang saling menjauh dengan lempeng lainnya, dinamakan gerak divergent
    atau disebut juga sebagai proses pemekaran. Hasil pemekaran lempeng yang
    berada di atas benua disebut rifting, sedangkan pemekaran yang berada
    di samudera disebut spreading. Contoh proses ini adalah pecahnya Benua
    Pangea pada Zaman Trias dengan membentuk celah sepanjang pinggiran Atlantik
    yang memisahkan Afrika dan Amerika Latin. Coba kamu perhatikan kedua
    benua tersebut! Pasti nampak seperti sebuah sobekan kertas yang keduanya
    menunjukkan ciri-ciri bekas sobekan yang berpasangan. Selain itu, ada juga
    gerakan lempeng yang hanya bersinggungan atau berpapasan, disebut juga
    transcurrent fault.
    Setiap gerakan lempeng yang berbeda tersebut, akan mempengaruhi gejala
    dan fenomena alam di atas permukaan bumi. Secara lengkap, prinsip pergerakan
    lempeng-lempeng tektonik adalah sebagai berikut:
    a. Konvergensi
    Konvergensi, yaitu gerakan saling bertumbukan antarlempeng tektonik.
    Tumbukan antarlempeng tektonik dapat berupa tumbukan antara lempeng benua
    dengan benua atau antara lempeng benua dengan lempeng dasar samudera.
    Zone atau tempat terjadinya tumbukan antara lempeng tektonik benua dengan
    benua disebut Zone Konvergen. Contohnya tumbukan antara lempeng India
    dengan lempeng Benua Eurasia yang menghasilkan terbentuknya pegunungan
    lipatan muda Himalaya yang merupakan pegunungan tertinggi di dunia dengan
    puncak tertingginya, yaitu Mount Everest. Contoh lainnya, tumbukan lempeng
    Italia dengan Benua Eropa yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan Alpen.
    Zone berupa jalur tumbukan antarlempeng benua dengan lempeng dasar
    samudera, disebut Zone Subduksi atau zone tunjam, contohnya tumbukan
    antara lempeng benua Amerika dengan lempeng dasar Samudera Pasifik yang
    menghasilkan terbentuknya Pegunungan Rockydan Pegunungan Andes.
    Fenomana yang dihasilkannya:
    1) lempeng samudera menghujam ke bawah lempeng benua;
    2) terbentuk palung laut di tempat tumbukan tersebut;
    3) pembengkakan tepi lempeng benua yang merupakan deretan pegunungan;
    4) terdapat aktivitas vulkanisme, intrusi dan ekstrusi;
    5) daerah hiposentra gempa dangkal dan dalam;
    6) penghancuran lempeng akibat pergesekan lempeng;
    7) timbunan sedimen campuran atau melange.
    Contoh:
    Pegunungan di pantai barat Amerika, deretan Pulau Sumatera, Jawa dan Nusa
    Tenggara, merupakan akibat pembengkakan lempeng benua. Bermunculan puncak
    gunungapi dan terjadi gempa di sepanjang pulau dan pegunungan tersebut.
    Ingatlah bahaya gempa yang menimbulkan Tsunami di Aceh dan Sumatera Utara
    pada akhir Desember 2004, gempa tersebut timbul akibat adanya tumbukan
    antara lempeng samudera Australia terhadap lempeng benua Asia.
     b. Divergensi
    Divergensi yaitu gerakan saling menjauh antarlempeng tektonik contohnya
    gerakan saling menjauh antara lempeng Afrika dengan Amerika bagian selatan.
    Zone berupa jalur tempat berpisahnya lempeng-lempeng tektonik disebut
    Zone Divergen (zone sebar pisah). Fenomena yang terjadi, sebagai berikut:
    1) Perenggangan lempeng yang disertai pertumbukan kedua tepinya.
    2) Pembentukan tanggul dasar samudera (med ocean ridge) di sepanjang
    tempat perenggangan lempeng-lempeng tersebut.
    3) Aktivitas vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa berstruktur
    bantal (lava bantal) dan hamparan leleran lava encer, dan
    4) Aktivitas gempa.
    Contoh:
    Di Lautan Atlantik, tanggul dasar samudera memanjang dari dekat Kutub
    Utara sampai mendekati Kutub Selatan. Celah ini menjadikan benua Amerika
    bergerak saling menjauh dengan benua Eropa dan Afrika.
    c. Sesar mendatar
    Sesar mendatar (Transform), yaitu gerakan saling bergesekan (berlawanan
    arah) antarlempeng tektonik. Contohnya, gesekan antara lempeng Samudera
    Pasifik dengan lempeng daratan Amerika Utara yang mengakibatkan terbentuknya
    Sesar San Andreas yang membentang sepanjang kurang lebih 1.200 km dari
    San Francisco di utara sampai Los Angeles di selatan Amerika Serikat. Zone
    berupa jalur tempat bergesekan lempeng-lempeng tektonik disebut Zone Sesar
    Mendatar (Zone Transform). Bentukan alam yang dihasilkan antara lain
    patahan atau sesar mendatar. Gerak patahan atau sesar ini dapat menimbulkan
    gempa bumi. Contoh: Sesar Sam Andreas di California.
    Tenaga endogen yang telah mengakibatkan adanya variasi bentuk muka
    bumi, tidak hanya terjadi di daratan melainkan juga di dasar laut.
    E. GEJALA LEMPENG TEKTONIK KAITANNYA DENGAN PERSEBARAN
    GUNUNGAPI DAN GEMPA BUMI
    Pola dan sebaran gunungapi serta gempa
    bumi tersebut tentunya tidak terlepas dari keterkaitannya dengan proses alam
    lainnya, yaitu akibat gerak mendatar lempeng-lempeng, baik secara tumbukan
    (konvergen), divergen, maupun berpapasan. Saat ini gunungapi yang aktif di dunia berjumlah 500 sampai 600 buah
    yang tersebar di tiga tempat utama, yaitu sebagai berikut:
    1. Di sekitar Samudera Pasifik (sekitar 62%) dengan rincian sekitar 45%
    tersebar dikepulauan Pasifik Bagian Barat dan 17% di daerah pinggiran
    Pasifik Utara dan Pasifik Selatan.
    2. Di Indonesia (14%). Terletak memanjang membentuk jalur pengunungan
    aktif sepanjang 7.000 – 7.500 km dan lebar 50 – 200 km, mulai dari
    Aceh di ujung barat hingga Halmahera di ujung timurnya.
    3. Sisanya tersebar di busur kepulauan dan pinggiran Amerika di Pasifik.
    Sekitar 3% terletak di Pasifik Tengah (Hawaii dan Samoa), 1% terdapat
    di pulau-pulau di Samudera Hindia, 13% di Atlantik (Azores, Cape Verde
    Island, Kanada, dan Medeira yang merupakan gunungapi bawah laut),
    dan 7% tersebar di Mediteran dan Asia Kecil Utara. Sekitar 4%-nya
    terletak di tengah benua dan dikenal sebagaiAfrican Rift System.
    Gunungapi tersebut sebagian besar terdapat di daratan, yaitu sekitar
    83%, sedangkan sisanya tersebar sebagai gunungapi bawah laut atau dinamakan
    sub marine volcano. Penyebarannya mengikuti jalur-jalur memanjang,
    yang diduga ada kaitannya dengan rekahan-rekahan kulit bumi.
    Jalur I merupakan jalur gunungapi yang mengikuti jalur pegunungan lipatan
    di sepanjang pinggiran Pasifik, terus menyambung melalui Pegunungan Andes,
    Amerika Tengah, Meksiko, Amerika Bagian Barat, dan Kanada, Alaska,
    Asia, Kamchatka, Jepang, Filipina, Indonesia Timur, Kepulauan Melanesia,
    dan Selandia Baru. Di sebelah barat, di sepanjang pinggiran benua Asia dan
    Afrika, deretan gunungapinya mengikuti rangkaian kepulauan dan sisanya
    membusur ke samudera. Batas antara rangkaian pulau-pulau tersebut dan
    Samudera Pasifik masing-masing mempunyai sifat dan keadaan geologi mulai
    dari sebelah timur pulau-pulau Bouier dan Mariana di utara Irian (Papua),
    melewati Kepulauan Solomon dan berakhir di Kepulauan Tonga dan Karnadek.
    Jalur II merupakan daerah gunungapi yang tak sempurna mengikuti jalur
    pegunungan lipatan muda. Mulai laut tengah hingga ke Asia Kecil dan Kepulauan
    Indonesia. Jalur ini di bagian timur Asia dipotong oleh deretan pegunungan
    tinggi Asia. Gunungapi bawah laut pada jalur ini ditemukan di beberapa tempat,
    antara lain di Laut Tengah, yaitu antara Sisilia dan Tunisia, di daerah Kepulauan
    Lipari dekat pesisir Arakan dan di Indonesia.
    Aktivitas gunungapi merupakan sebab utama adanya sebaran panas bumi,
    terutama hidrotermal. Batuan pemanas dari aktivitas vulkanisme akan berfungsi
    sebagai sumber pemanasan air. Panas yang ditimbulkan oleh pergerakan sesar
    aktif kadang-kadang berfungsi pula sebagai sumber panas. Seperti sumbersumber
    mata air panas di daerah sekitar gunungapi di sepanjang jalur sesar
    aktif Palu – Koro, di Sulawesi.

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Media Pembelajaran - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -